Aslika Indriani
|
:
|
51415012
|
Jovanka S
|
:
|
51415037
|
Santi Sumarah
|
:
|
51415054
|
A.
Pendahuluan
Para manajer dan pengembang
sistem dapat memecahkan masalah dengan menerapkan pendekatan sistem. Pendekatan
ini terdiri dari tiga tahapan kerja, yaitu persiapan, definisi, dan solusi.
Upaya persiapan ini untuk mengenal sistem lingkungan, pada upaya definisi ini
melanjutkan satu sistem ke tingkat subsistem dan menganalisis bagian sistem
dengan urutan tertentu. Upaya solusi ini memilih solusi yang terbaik, kemudian
solusi ini dilanjutkan untuk memastikan masalah terselesaikan. Pendekatan
sistem ini disebut siklus hidup pengembangan sistem (systems development life cycle-SDLC).
Prototyping merupakan
pendekatan yang menyadari adanya keuntungan dari meminta permohonan umpan balik
dari pengguna dan meresponnya dengan perbaikan sistem sampai sistem memenuhi
kebutuhan pengguna. Rapid application
development (RAD) atau pengembangan aplikasi cepat merupakan salah satu
filosofi prototying pengembang sistem yang berskala besar. RAD juga mendorong
penggunaan alat-alat permodelan komputer dan tim-tim khusus.
Metodologi desain ulang proses
bisnis sering kali digunakan untuk mengambil pendekatan yang baru untuk
memperbaiki satu sistem yang sudah ada. Rekayasa ulang dan rekayasa terbaik
juga dipergunakan.
DFD adalah cara yang sangat
alamiah untuk mendokumentasikan proses dan dibuat dalam suatu hirarki untuk
menyajikan rinciannya.. DFD merupakan alat terbaik dalam menggambarkan tinjauan
pemrosesan.
tujuan utama dari manajemen
proyek adalah untuk mengendalikan biaya. Sejumlah teknik, yang beberapa
diantaranya melibatkan komputer dan internet, digunakan dalam pengestimasian
biaya-biaya proyek.
B.
Pembahasan
1.
Pendekatan
Sistem
a.
Urutan Langkah:
1)
Upaya Persiapan
a)
Langkah 1 – Melihat
Perusahaan sebagai suatu sistem dapat terlaksana dengan menggunakan model
sistem umum sebagai pola.
b)
Langkah 2 – Mengenal
Sistem Lingkungan
c)
Langkah 3 –
Mengidentifikasi Subsistem Perusahaan
2)
Upaya Definisi
a)
Langkah 4 –
Melanjutkan dari Tingkat Sistem ke Tingkat Subsistem. Tujuan dari analisis
dari atas ke bawah ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat sistem di mana
terdapat penyebab terjadinya masalah.
b)
Langkah 5 –
Menganalisis Bagian-Bagian Sistem dalam Urut-Urutan Tertentu.
3)
Upaya Solusi
a)
Langkah 6 –
Mengidentifikasikan Solusi-Solusi Alternatif.
Manajer mengidentifikasi cara-cara yang berbeda
untuk memecahkan masalah yang sama.
b)
Langkah 7 –
Mengevaluasi Solusi-Solusi Alternatif.
Semua alternative harus dievaluasi dengan kriteria
evaluasi yang sama, yang mengukur seberapa baik satu alternatif akan
memecahkan masalah.
c)
Langkah 8 -
Memilih Solusi yang Terbaik
d)
Langkah 9 – Mengimplementasikan
Solusi. Solusi perlu
diimplementasikan, karena masalah tidak akan terpecahkan hanya dengan memilih
solusi terbaik.
e)
Langkah 10 –
Menindaklanjuti untuk Memastikan Kefektifan Solusi. Ketika solusi tidak
mampu mencapai harapan, maka perlu melaksanakan kembali langkah-langkah
pemecahan masalah.
2.
Siklus
Hidup Pengembangan Sistem
a.
SDLC Tradisional
Tahapan-tahapan:
1)
Perencanaan
2)
Analisis
3)
Desain
4)
Implementasi
5)
Penggunaan
3.
Prototyping
Dalam penerapannya pada pengembangan sistem, prototipe adalah
satu versi dari sebuah sistem potensial yang memberikan ide bagi para
pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam bentuk
yang telah selesai dan prosesnya di sebut prototyping.
Jenis-Jenis Prototipe:
a. Prototipe Evolusioner (Evolutionary Prototype)
Terus menerus disempurnakan sampai
memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari sistem yang baru. Empat langkah
pembuatan:
1)
Mengidentifikasi
kebutuhan pengguna
2)
Membuat satu
prototipe
3)
Menentukan apakah
prototipe dapat diterima
4)
Menggunakan prototipe
b.
Prototipe Persyaratan
(requirement prototype)
Sebagai satu cara untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan
fungsional dari sistem baru ketika pengguna tidak mampu mengungkapkan dengan
jelas apa yang mereka inginkan. Langkah pembuatan, Tiga langkah pertama
sama dengan langkah dalam membuat prototipe evolusioner, langkah selanjutnya:
1)
Membuat kode sistem
baru
2)
Menguji sistem baru
3)
Menetapkan apakah
sistem yang baru dapat diterima
4)
Membuat sistem baru
menjadi sistem produksi.
c.
Daya Tarik
Prototyping
Alasan-alasan:
1)
Membaiknya komunikasi
antara pengembang dan pengguna.
2)
Pengembang dapat
melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menentukan kebutuhan pengguna.
3)
Pengguna memainkan
peranan yang lebih aktif dalam pengembangan sistem.
4)
Pengembang dan
pengguna menghabiskan waktu dan usaha yang lebih sedikit dalam mengembangkan
sistem.
5)
Implementasi menjadi
jauh lebih mudah karena pengguna tahu apa yang diharapkannya.
d.
Potensi Kesulitan
dari Prototyping
Antara lain:
1)
Terburu-buru dalam
menyerahkan prototipe dapat menyebabkan diambilnya jalan pintas “cepat dan
kotor” dalam definisi masalah, evaluasi alternatif dan dokumentasi.
2)
Pengguna dapat
terlalu bergembira dengan prototipe yang diberikan.
3)
Prototipe evolusioner
bias jadi tidak terlalu efisien.
4)
Antarmuka
komputer-manusia yang diberikan oleh beberapa alat prototyping tertentu
kemungkinan tidak mencerminkan teknik-teknik desain yang baik.
4.
Pengembangan
Aplikasi Cepat
Istilah RAD (Rapid Application Development) atau Pengembangan Aplikasi
Cepat diperkenalkan oleh konsultan komputer dan penulis James Martin. RAD
adalah kumpulan strategi, metodologi, dan alat terintegrasi yang ada dalam
suatu kerangka kerja yang disebut rekayasa informasi. Rekayasa Informasi (information engineering –
IE)adalah nama yang diberikan Martin kepada keseluruhan pendekatan
pengembangan sistemnya.
Unsur-Unsur Penting RAD: Manajemen, Manusia, Metodologi dan Alat.
5.
Pengembangan
Berfase
Adalah suatu pendekatan bagi pengembangan sistem informasi yang terdiri
atas enam tahap, yaitu:
a.
Investigasi Awal,
bertujuan untuk mempelajari organisasi dengan masalah sistemnya.
b.
Analisis.
c.
Desain.
d.
Konstruksi Awal,
membuat dan menguji perangkat lunak dan data untuk setiap modal sistem dan
mendapatkan umpan balik dari pengguna.
e.
Konstruksi Akhir,
perangkat lunak dintegrasikan untuk membuat sistem yang lengkap, yang diuji
bersama dengan datanya.
f.
Pengujian dan
Pemasangan Sistem.
6.
Desain
Ulang Proses Bisnis (Business Process Redesign – BPR)
Adalah proses pengerjaan ulang sistem atau disebut juga rekayasa ulang (reengineering).
a.
Inisiasi Strategis
Proyek-Proyek BPR
BPR memiliki potensi pengaruh dramatis pada perusahaan dan operasinya
hingga proyek-proyek seperti ini biasanya dicetuskan di tingkat manajemen
strategis.
b.
Rekayasa Terbalik
Adalah proses menganalisis sistem yang sudah ada untuk mengidentifikasi
unsur-unsur dan saling keterhubungan di antara unsur-unsur tersebut sekaligus
untuk membuat dokumentasi pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari pada
yang telah ada saat ini. Rekayasa terbalik ini tidak mengubah fungsionalitas
dari sebuah sistem-pekerjaan yang dilakukannya, dan tujuan sebenarnya adalah
untuk dapat lebih memahami sebuah sistem agar dapat melakukan perubahan dengan
cara lain, seperti rekayasa ulang.
c.
Rekayasa Ulang
Adalah merancang ulang sebuah sistem seluruhnya dengan tujuan mengubah
fungsionalitasnya.
d.
Pemilihan
Komponen-Komponen BPR
Mutu fungsionalitas adalah ukuran dari apa yang dikerjakan oleh sistem,
sedangkan Mutu teknis adalah ukuran dari seberapa baik sistem terseut
melaksanakannya.
7. Menempatkan
SDLC tradisional, prototyping, RAD, pengembanganberfase, dan BPR dalam prespektif.
SDLC
tradisional, prototyping, RAD, dan BPR semuanya adalah metode yang
direkomendasikan dalam mengembangkan sistem informasi. SDLC tradisional adalah suatupenerapan pendekatan system
terhadap masalah pengembangan system,
dan memiliki seluruh unsur-unsur pendekatan system
dasar, diawali dari identifikasi masalah dan diakhiri dengan pengguna system.
Prototyping merupakan bentuk singkatan dari pendekatan system yang
berfokus pada definisi dan pemenuhan kebutuhan pengguna. RAD merupakan suatu pendekatan alternatif terhadap fase-fase desain dan implementasi SDLC.
8.
Alat-alat
pengembangan system
Pendekatan
system dari berbagai siklus hidup pengembangan system
adalah metodologi cara-cara yang
direkomendasikan dalam memecahkan masalah system. Alat permodelan proses yang
popular adalah pembuatan
diagram data yang mempergunakan symbol untuk proses dan unsur lingkungan yang
dihubungan oleh panah yang menunjukarus
data.
9.
Pemodelan
proses
Pertama
kali dilakukan dengan menggunakan diagram
alur, diagram ini mengilustrasikan aliran data melalui system dan program.
Diagram arus data sangat baik untuk membuat model proses
pada tingkat ringkasan. Akan tetapi,
diagram arus data kurang baik dalam menangkap detail-detail
pemrosesan.
a.
Diagram arus data
Penyajian grafik dari sebuah system yang
mempergunakan empat bentuk symbol untuk mengilustrasikan bagaimana dan mengalir melalui proses-proses
yang saling tersambung.
10. Manajemen proyek
Proyek-proyek pengembanggan system
yang pertama dikelola oleh manajer unit TI, dengan dibantu oleh manajer dari analisis system,
pemrograman dan operasi.
a.
Steering Committee SIM
b.
Kepemimpinan Proyek
c.
Mekanisme Manajemen Proyek
d.
Dukungan Web Bagi Manajemen
11. Mengestimasi biaya proyek
Mengestimasi waktu dan uang yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah system telah
lama menjadi satu tugas yang menantang.
a. Input
pengestimasian biaya,
WBS mengedintifikasikan aktivitas proyek yang akan membutuhkan sumber daya.
b. Alat-alatdan
Teknik estimasibiaya :
1)
Estimasian alogis
2)
Estimasi dari bawah keatas
3)
Alat-alat terkomputerisasi
c. Output
pengestimasian biaya, dibuat untuk seluruh sumber daya yang dibebankan keproyek dan biasanya dinyatakan dalam unit-unit keuangan
yang berlaku, seperti dolar maupun euro.
C.
Kesimpulan
Pendekatan sistem terdiri dari
tiga fase upaya: persiapan, definisi, dan solusi. Upaya persiapan termasuk
melihat perusahaan sebagai suatu sistem dan mengidentifikasi subsistem
perusahaan. Upaya definisi melanjutkan sistem ke subsistem. Upaya solusi
meliputi pengidentifikasian solusi-solusi alternatif.
Pendekatan SDLC terdiri dari 5
tahap: perencanaan, analisis, desain, implementasi, dan penggunaan. Dalam prototyping, satu sistem uji coba
dikembangkan dengan cepat dan disajikan kepada pengguna untuk ditinjau,
selanjutnya dilakukan penyempurnaan berdasarkan tinjauan, sampai prototype ini
dapat diterima oleh pengguna. Pengembangan aplikasi cepat (RAD) menekankan pada
tingkat keterlibatan pengguna yang tinggi dan penggunaan alat-alat pengembangan
berbasis komputer.
Ketika sistem dikembangkan,
proses, data, dan obyek akan dibuat modelnya. Alat pemodelan proses yang
populer adalah pembuatam diagram arus data. Penyimpanan data diilustrasikan
dengan simbol penyimpanan data. Sejalan dengan pengembangan sistem informasi
yang dilakukan oleh perusahaan, proyek-proyek akan dikelola oleh suatu hierarki
manajer. Sebelum manajemen memberikan kata setuju untuk memulai suatu proyek
sistem, mereka biasanya meminta agar biaya proyek diestimasikan.
D.
Rekomendasi Manajerial
a)
Perusahaan
sebaiknya menerapkan pengembangan sistem dengan menggunakan siklus hidup
pengembangan sistem untuk melakukan evaluasi.
b)
Perusahaan
sebaiknya menekankan tingkat keterlibatan pengguna yang tinggi dan menggunakan
alat-alat pengembang berbasis komputer.
c)
Perusahaan
sebaiknya menggunakan teknologi modern guna mengembangkan kembali sistemnya.
d)
Perusahaan
sebaiknya melakukan pengestimasian biaya sebelum proyek sistem dilakukan.
e)
Ketika perusahaan
memulai proyeknya, perlulah manajer mengelola suatu hierarki untuk tim
pengembang.
Sumber Referensi :
Raymond McLeod, dan Jr. George
P. Schell. (2007). Management Information System. 10 Edition. Pearson
Education, Inc. New Jersy.
Terjemahan : Ali Akbar Yulianto
dan Afia R. Fitriati. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Edisi 10. Salemba
Empat.
0 komentar:
Posting Komentar